Tuesday, February 20, 2007

Untuk Sahabatku T_T

Rasanya baru banget ngerasain sama2 jadi seorang mahasiswi, seperti terbangun dari mimpi, kini kuliah telah selesai dan harus rela melepas sahabat yang harus bekerja keluar kota. Rasanya kangen banget bisa berkumpul dan melakukan banyak hal bersama2 sahabat.

Ya Allah.. semuanya bener2 anugerah yang paling indah di hidup aku. Sudah banyak suka & duka selama bertahun2 kami laluin sama2. Kami pasti merindukan saat2 itu..

Beberapa hari lagi dia akan pergi keluar kota. Owh untuk memikirkannya saja udah bikin sedihhhhhhh banget, sampe’ tanpa terasa air hangat meleleh setia dimata yang dahulu begitu sulit mengeluarkan cairan ini.

Ya Allah, jaga sahabatku nanti dimanapun dia berada yah.. balut kami dengan kasih-Mu ya Allah..

Aliyah sahabatku, begitu banyak yang udah kita laluin, mudah2an akan dapat membuat hubungan kita jadi lebih dekat, walau nanti kita berjauhan. Didalam sujudku, ku akan selalu mendo’akan dirimu disana. Suatu hari saat kita bisa kumpul, kita pasti bakal punya banyak cerita dan pengalaman2 baru.

Kita harus sama2 raih apa yang kita harapkan, tetap optimis yah say.. kalau kita pasti mampu :) selama ada kemauan, pasti Allah akan membukakan jalan untuk kita mewujudkannya, InsyaAllah.. Amin.

Melalui blog sederhana ini dan juga karena keterbatasanku untuk bisa mengungkapkan semua yang ku rasa, ku sedih harus berjauhan, namun ku amat sangat bahagia akhirnya kamu bisa nerapin ilmu yang sama2 kita berjuang untuk mendapatkannya.. selamat yah say! Kamu gak jauh kok, dekat nih.. dekat banget di hatiku ^_^

Masih ada 3 hari lagi, ku bisa temanin kamu kemana2. Hari ini udah seharian kita laluin sama2 seharian, kita juga udah banyak cerita uneg2 hehehe kamarku ini jadi saksi bisunya :P suatu saat disuatu ketika, pertanyaan2 kita tadi itu InsyaAllah akan terjawab, Allah menyuruh kita untuk bisa lebih bersabar lagi..

Dalam tangis sedihku, tetap ada senyum penuh cinta dan syukurku untuk kamu sahabat terbaikku. Good luck ya say… Cayoo!! Keep Contact, I will miss u my great friend :X

Medan, 20 Februari 2007


Labels:

Friday, February 16, 2007

Semilir embun pagi..
Tidak hanya menyejukkan tubuhku
Hati serasa damai tanpa beban
Ku ingin jadi embun..
Menjadi penyejuk hati
Di kala matahari..
Belum ingin mengucapkan salam


12 Agustus' 06



Embun pagi..
Membangunkanku dengan dinginnya
Sesaat, ku berpikir..
Sedingin inikah sikapmu kini?
Lirih hatiku berkata,
Mungkin begitu sulit
Syarat untuk jadi temanmu!

Namun,
Bukankah dulu kita..
Pernah rasakan bersama suka duka itu?
Kini, hanya pertemanan tulus ku tawarkan
Sudikah kau terima?


28 Nov' 06



Kadang, ku merasa sepi
Kadang, ku merasa sendiri
Kadang, asa begitu menghimpit
Aku cuma bisa rasain..
Tapi aku gak pernah tau
Kenapa rasa itu kini sering hadir
Aku, iya aku..
Aku dan kesepian hatiku



30 Nov' 06



Hari ini..
Pagi tersenyum padaku
Embunnya menggigit hingga ke sum-sum
Anginnya menampar
Hingga ku terbangun
Selamat datang embun pagi..

Suatu hari di suatu ketika..
Embun akan terasa hangat
Membalutku dengan penuh cinta
Meninggalkan rasa sunyi yang melilit
Ketika itu.. ku tak sendiri lagi

Ku menanti suatu ketika itu..
Saat embun pagi memberiku kehangatan


21 Januari' 07




Labels:

Wednesday, February 14, 2007

Moral Exclusion dan Rokok

Oleh RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi.**

Melihat perkembangan kebiasaan merokok Indonesia yang semakin lama semakin parah, nampaknya harapan untuk menanggulangi masalah ini semakin tipis, namun sebenarnya hal tersebut bukan tidak mungkin dilakukan karena beberapa negara telah menerapkan aturan cukup keras baik bagi para perokok maupun industri rokok. Singapura menerapkan ruang publik sebagai kawasan bebas rokok, mesin penjual rokok dinyatakan ilegal dan melarang perusahaan rokok menjadi sponsor even publik (Oskamp & Schultz, 1998)

Seorang konsultan WHO dan Australia, Dr. Matthew Allen, pada bulan April 2001 menyatakan bahwa tingginya tingkat rokok dan penerimaan terhadap rokok pasif merupakan hambatan utama dan pertama bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia. Allen menyatakan terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia, yaitu;

1. Tidak adanya pengetahuan di kalangan perokok tentang resiko merokok

2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri rokok

3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah

4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial

5. Kuatnya sektor industri rokok

6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka kerja di daerah untuk mengimplementasikan perangkat pengendalian rokok

7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya. (Kompas, 2001)


Negara-negara Unieropa mencanangkan kampanye anti rokok dengan slogan; “Feel Free to Say No!” yang diluncurkan bertepatan dengan momen piala dunia 2002 serta didukung sejumlah pemain bola terkenal seperti Luis Figo, Zinadine Zidane, Paolo Maldini,dll. Sementara dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia (31 Mei 2002), Meksiko mengumumkan akan melarang semua iklan rokok dari radio dan televisi mulai 2003. Secara perlahan-lahan penjualan rokok di toko-toko obat akan dikurangi dan peringatan bahwa bahaya rokok akan diwajibkan untuk dipasang di depan, bukan di belakang seperti sekarang. (Kompas, 2002)


Jurus Kelit Industri Rokok

Bagaimana perokok dan industri rokok dapat terus ‘hidup’ dan berkembang mengambil ruang gerak dan nafas di Indonesia ?


Moral Exclusion

Jika moral berada dalam ruang keadilan, moral exclusion sangat berbeda (kontras), yang merupakan rasionalisasi, jastifikasi kesalahan atau sesuatu yang membahayakan. Dalam konflik lingkungan, moral exclusion sulit untuk dideteksi, hal ini disebabkan juga oleh adanya dukungan konvensi sosial. Analisa gejala moral exclusion dalam konflik lingkungan mengindikasikan bahwa moral exclusion dapat digolongkan dalam tiga bentuk penyangkalan (denial); simptom moral exclusion, yaitu;

1. Outcome Severity (hasil rumit)

a. disbenefit (kerugian berat); pihak tertentu (negara atau perusahaan) menolak penanggulangan masalah tertentu dengan berkelit hal tersebut dapat mendatangkan kerugian besar

b. sains; memanfaatkan sains untuk tujuan tertentu, menjadikan sains sebagai alasan, misalnya perlunya waktu untuk meneliti masalah tertentu.

2. Stakeholder

a. outsider; menempatkan diri pada pihak lawan (contoh; menganggap peraturan sebagai lawan)

b. ekstrimis; pihak yang menetang sesuatu secara radikal

3. Keterlibatan Diri

a. self exclusion; mengelak tanggung jawab personal (contoh; “Bukan hanya saya yang merokok di ruang ini.")

b. Reluctant participation; pihak tertentu menolak berpartisipasi dalam penanggulangan masalah polusi udara namun tetap menggunakan alasan kemanusiaan dalam usahanya (contoh; industri rokok menjadi sponsor even olahraga) (Opotow & Weiss, 2000)


Riset dalam Psikologi Sosial Seputar Perilaku Merokok

Tahapan seseorang menjadi perokok tetap (Laventhal & Cleary;1980, Flay;1993);

1. Persiapan; sebelum seseorang mencoba rokok, melibatkan perkembangan perilaku dan intensi tentang merokok dan bayangan tentang seperti apa rokok itu.

2. Inisiasi (initiation); reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. (Sayangnya hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap rokok)

3. Menjadi perokok; melibatkan suatu proses ‘concept formation’ , seseorang belajar kapan dan bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya.

4. Perokok tetap; terjadi saat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.


Faktor Psikologis;

1. Kebiasaan (terlepas dari motif positif atau negatif)

2. Untuk menghasilkan reaksi emosi positif (kenikmatan, dsb)

3. Untuk mengurangi reaksi emosi negatif (cemas, tegang, dsb)

4. Alasan sosial (penerimaan kelompok)

5. Ketergantungan (memenuhi keinginan/ kebutuhan dari dalam diri) (Oskamp & Schultz, 1998)


Proses Biologis

Nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. (Mu’tadin, 2002)


Lemahnya kesadaran dan pengetahuan perokok

Kompleksnya permasalahan rokok di dunia termasuk Indonesia, ditambah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia membuka peluang pihak tertentu untuk mencuri kesempatan dengan memanfaatkan slogan-slogan semu dan menjadi sponsor even publik termasuk even olahraga. Baik industri rokok maupun perokok menggunakan apa yang disebut sebagai simptom moral exclusion, yaitu rasionalisasi, jastifikasi atau dengan bahasa awam mengatasnamakan kemanusiaan untuk menghalalkan perilaku mereka. Dengan begitu, mereka juga menyamarkan ‘kesalahan’ dan ‘penyebaran racun’ yang dilakukan.

Industri rokok mempunyai kekuatan finansial sangat besar untuk membuat propaganda, iklan dibuat sedemikian rupa sehingga tanpa menampilkan orang merokok, kini masyarakat sudah dapat menebak iklan rokok melalui image berupa gambar pemandangan alam, petualangan ber-safari di alam terbuka, sampai dengan suasana club disko.

Ironisnya, iklan rokok berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam, kebugaran, kesuksesan, sementara rokok itu sendiri menyebabkan polusi yang merusak keindahan, merusak kesehatan. Industri rokok menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga di televisi, menawarkan beasiswa bagi pelajar berprestasi, sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat Indonesia. Tindakan-tindakan tersebut merupakan bentuk penyangkalan merupakan simptom moral exclusion.

Sementara industri rokok bersembunyi dibalik berbagai slogan ‘mulia’ nya, perokok pun tidak ketinggalan menggunakan strategi penyangkalan serupa. Ruang publik menjadi senjata bagi perokok untuk berkelit, ”Tempat umum kok, saya punya hak,” dan ungkapan serupa tanpa menyadari bahwa orang lain (bukan perokok) juga mempunyai hak yang sama akan udara, terutama udara bersih.


Tempat Merokok = Mencerminkan Pola Perilaku Perokok

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, kita dapat mengenali siapakah perokok tersebut dari pola perilakunya dalam merokok.
1. Merokok di ruang publik

- Kelompok homogen (sesama perokok); Umumya masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

- Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak merokok); Tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji, tercela dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun” pada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat bersifat pribadi

- kantor atau kamar tidur pribadi; tergolong individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gellisah yang mencekam

- toilet; tergolong orang suka berfantasi. (Mu’tadin,2002)


==> Mau merokok dimana saja emang hak asasi setiap manusia yang merokok (perokok), namun hak manusia lain juga (baca:perokok pasif) untuk mendapatkan udara yang bersih, bebas dari sumpeknya asap rokok. Susah euy cari tempat2 umum yang terbebas dari yang namanya “ASAP ROKOK”, sudah sangat sulitkah menemukan orang2 yang ber”empati” dengan keadaan orang lain? Walau pemerintah udah buat berbagai peraturan tentang masalah rokok juga sama aja, kalau perokoknya sendiri masih mentingin diri sendiri. So, pemerintah harus disiplin dan konsisten, kampanye anti rokok juga diperbanyak, moga pemerintah Indonesia bisa lebih tegas, tegas dan tegas lagi terhadap perokok..terutama di public area. Wahai para perokok sejagad raya, jangan menyebar racun deh ke kita2 yang ndak merokok ini… !!



"Ibu, I Miss You So Much"

Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang
kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita.
Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan
mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita
melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat
balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan
sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah
sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi
penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat
tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang
ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah
layar monitor.

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya.
Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu".
Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya?Bukankan setiap
pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta
izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak
Jamil." "Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan
mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta
rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu
menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil".

Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga
puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi.
Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali
lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang
Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil
kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan
berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami
deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena
istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu
kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya,
pak." jawab dokter.

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat
ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya
Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-
Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti
akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang
pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan
keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan
sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga
dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau
Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher
nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah
kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah
menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di
jagat raya ini."

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan
kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam
keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya
sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri
mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75
saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata
berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku
kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh
ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku
bahwa sayalah yang mengambil uang itu.

Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan
ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya
akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah
penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan
mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang
saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani
tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di
rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat
ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah
beberapa puluh tahun yang lalu?"

"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil,
duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-
teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon.
Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata
mengalir di pipi.

Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang
itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat
nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama
ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik
telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku
cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata
yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin
dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa
ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan
memohon doa darinya.

Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan
sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat
pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu
telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan
operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya
merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya
berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan
dokter."

Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri
sendiri "Ibu, I miss you so much."




Sumber: "Ibu, I Miss You So Much" oleh Jamil Azzaini, Senior Trainer
dan penulis buku Best Seller 'KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial
Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup'.