Sunday, July 30, 2006

Kebiasaan Merokok

Menurut Ogawa (skripsiqu,2006) dahulu rokok disebut sebagai suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai “Tobacco Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari ½ bungkus rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.

Seorang konsultan WHO dan Australia, Dr. Matthew Allen, pada bulan April 2001 menyatakan bahwa tingginya tingkat rokok dan penerimaan terhadap rokok pasif merupakan hambatan utama dan pertama bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia. Allen menyatakan terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia, yaitu;

1. Tidak adanya pengetahuan di kalangan perokok tentang resiko merokok

2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri rokok

3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah

4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial

5. Kuatnya sektor industri rokok

6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka kerja di daerah untuk mengimplementasikan perangkat pengendalian rokok

7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya. (Kompas, 2001)

Melihat perkembangan kebiasaan merokok Indonesia yang semakin lama semakin parah, nampaknya harapan untuk menanggulangi masalah ini semakin tipis, namun sebenarnya hal tersebut bukan tidak mungkin dilakukan karena beberapa negara telah menerapkan aturan cukup keras baik bagi para perokok maupun industri rokok. Singapura menerapkan ruang publik sebagai kawasan bebas rokok, mesin penjual rokok dinyatakan ilegal dan melarang perusahaan rokok menjadi sponsor even publik (dalam Ardiningtiyas, 2006)

Negara-negara Unieropa mencanangkan kampanye anti rokok dengan slogan; “Feel Free to Say No!” yang diluncurkan bertepatan dengan momen piala dunia 2002 serta didukung sejumlah pemain bola terkenal seperti Luis Figo, Zinadine Zidane, Paolo Maldini,dll. Sementara dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia (31 Mei 2002), Meksiko mengumumkan akan melarang semua iklan rokok dari radio dan televisi mulai 2003. Secara perlahan-lahan penjualan rokok di toko-toko obat akan dikurangi dan peringatan bahwa bahaya rokok akan diwajibkan untuk dipasang di depan, bukan di belakang seperti sekarang. (Kompas, 2002)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001 (Johnson, 2005) menyebutkan bahwa:

1. 27 % penduduk berusia di atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir.

2. 54, 5 % penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2 % perempuan yang merokok.

3. Terdapat peningkatan sebesar 4 % penduduk, umur diatas 10 tahun yang merokok dalam kurun waktu 6 tahun.

4. 92, 0 % dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah, ketika bersama anggota keluarga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota keluarga lainnya merupakan perokok pasif.

5. 68, 5 % penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun meningkat 8 % dari Susenas 1995 yaitu 60, 0 %.

6. Peningkatan usia muda yang merokok, kelompok umur 25-29 tahun (75 %) dan kelompok umur 20-24 tahun (84, 0 %).


Menurut Nawawi (2005) merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain di sekitarnya (perokok pasif). Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara bersih bebas asap rokok.

Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain. Perokok pasif mempunyai resiko kesehatan yang sama seperti resiko perokok aktif. Ibu hamil yang terpapar asap rokok beresiko keguguran, lahir mati, bayi dengan berat badan lahir rendah, kurang gizi, gangguan pertumbuhan bayi, bayi lahir prematur. Sedangkan bayi dan anak yang terpapar asap rokok beresiko perkembangan parunya lambat, infeksi saluran napas, infeksi telinga, kekambuhan asma, bayi mati mendadak.

Sesuai uraian yang dikemukakan di atas maka dapat diketahui bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, karena merokok dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang dapat terjadi pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Dalam hal, pemahaman terhadap kondisi atau keadaan orang lain sangat dibutuhkan oleh perokok, terutama pada saat mereka berada di tempat umum.

Smet (1994) mengatakan berkenaan dengan norma-norma sosial, kebiasaan merokok itu terjadi karena pengaruh lingkungan sosial, teman-teman, kawan-kawan sebaya, orang tua, saudara-saudara kandung, media. Semakin hari semakin gencar rokok dipublikasikan diberbagai media cetak dan elektronik, semakin hari pula, banyak remaja yang merokok dan kecanduan.

Tahapan seseorang menjadi perokok tetap (Laventhal & Cleary;1980, Flay;1993);

1. Persiapan; sebelum seseorang mencoba rokok, melibatkan perkembangan perilaku dan intensi tentang merokok dan bayangan tentang seperti apa rokok itu.

2. Inisiasi (initiation); reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. (Sayangnya hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap rokok)

3. Menjadi perokok; melibatkan suatu proses ‘concept formation’ , seseorang belajar kapan dan bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya

4. Perokok tetap; terjadi saat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.

Faktor Psikologis;

1. Kebiasaan (terlepas dari motif positif atau negatif)

2. Untuk menghasilkan reaksi emosi positif (kenikmatan, dsb)

3. Untuk mengurangi reaksi emosi negatif (cemas, tegang, dsb)

4. Alasan sosial (penerimaan kelompok)

5. Ketergantungan (memenuhi keinginan/ kebutuhan dari dalam diri) (Oskamp & Schultz, 1998. dalam Ardiningtiyas, 2006)

Proses Biologis

Nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. (Mu’tadin, 2002)

Aspek-aspek kecanduan merokok menurut Sani (2005) adalah sebagai berikut:

1. Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin (nicotine addiction)

2. Automatic Habit, berupa kebiasaan dalam merokok (ritual habit) seperti membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghirup dalam-dalam, merokok sehabis makan dan merokok sambil minum kopi dan lain-lain

3. Ketergantungan psikologis/ emosional, dimana kebiasaan merokok dipakai dalam mengatasi hal-hal yang bersifat negatif, misalnya rasa gelisah, kalut ataupun frustasi


Mu’tadin (2002) yang membagi perokok menjadi 3 yaitu Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Selanjutnya, menurut Tomkins (dalam Mu’tadin, 2002) tempat merokok juga dapat mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas :

1. Merokok di tempat-tempat umum/ ruang publik:

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:

1. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.

2. Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.


Dari berbagai hal yang telah dijabarkan di atas di harapkan bagi perokok aktif dapat meningkatkan kepekaan terhadap orang lain di sekitarnya, serta dapat menentukan sikap apakah kebiasaan merokok hal yang baik atau buruk untuk tetap dipertahankan. Saya tidak mengatakan mudah untuk menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi suatu kebiasaan, namun semua orang pasti mampu untuk berubah jadi lebih baik jika ia benar-benar memiliki kemauan untuk terus berusaha.


Sumber:

Ardiningtiyas, Pitaloka, RR. 2006. Moral Exclusion dan Rokok (Online). Available: http://www.e-psikologi.com/sosial/060206.htm

Johnson, J. 2005. Kawasan Tanpa Rokok Mencegah PTM (Online). Available: http://www.promosikesehatan.com/artikel.php?nid=81

Kompas. 2001. Udara Bebas Asap Rokok adalah HAM; Jakarta; Kompas-cetak; 1 Juni 2001; h.25

Kompas. 2002. “Katakan Tidak Pada Rokok”, “Meksiko Larang Iklan Rokok”; Kompas-cetak; 2 Juni 2002; h. 21

Mu’tadin, Z. 2002. Remaja & Rokok (Online). Available: http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm

Nawawi, H. 2005. Akibat Buruk Merokok (Online). Available: http://www.eramoslem.com/ks/ks/53/17883,1,v.html

Sani, A. 2005. Pengalaman 3 Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok, Yayasan Jantung Indonesia (Online). Available: http://www.angelnet.info/index.php?

Skripsiqu. 2006. Hubungan Antara Rasa Empati dengan Kebiasaan Merokok di Tempat Umum

Sunday, July 02, 2006

· ··•×•^v´¨¯)I|[ hÚRµF Áñèh ]|I(¯¨`v^•×•·· ·


¥äÑTì ÞëÑGÆÑ ÇØßå «------•}I|[ ÑÎ ÐÒwÑ£ØãРߥ ZÅwÂ. Thåñk'$ bµåT hµ®µF åñèhñýå zåwå hîhîhîîh lµ¢µ jµgå wålåµ Mµ$îñgîñ :Ð kåýåk båhå$å ÞlåñèT$ låîñz qèqèqè ýåñTî jåmîñ båñýåk ýåñg Þµ$îñg bå¢åñýå hîhîhîh ¤¢µèkz¤
Gîñî ñîgh kålåµ lµmz ñgåñTµk jådî båwååññýå î$èñg, ýåh îTµñg² îñî ºlåh Rågå måTå bîå® Þådå $èhåTz :Þ
‡'m ®èållý håÞÞý îñ †hî$ wèèkèñd :) bè¢åµ$è $ºmèºñè †hå† ƒå® lºýål 墢ºmÞåñîèd mè..
åýº-åýº ýåñg Þµ$îñg †µñjµñk †åñgåñ :Þ $µmÞèh dwèh kè®èñ² båñgè†z hµ®µƒ²ñýå jådî m宵q dèh ýåñ†îñýå :Ð dåh åhh $èkå®åñg måµ †µ®µ dµlµ µdåh mµlåµ ñgåñ†µk... *Mºgå mîmÞî îñdåh ýåñ†î*

Saturday, July 01, 2006

_(¯`·._ Mè† Úl†åh Mèdåñqµ T订îñ†åh _.·´¯)_


myspace code
MEDAN-416



Tepat hari ini Medan berusia 416 tahun, Met Ultah Medan Tercintah. Begitunya banyak perubahan Medan kini, walau banyak yang terkaget2 dengan segala penghargaan yang diterima oleh kota tercintaqu ini *termasuk yanti* :D yah..dari yang namanya penghargaan Adipura, Metropolitan.. bikin kita2 nyengir aja. Sebelumnya ada lagi penghargaan kota tertib lalu lintas, wedew ini banyak bangettttttttt yang terkesima :D

Yah kalau dibilang yang paling buruk di Medan itu khan lalu lintasnya :D kendaraan umum alias angkot yang seenaknya berhenti dan menurunkan penumpang. Semua mungkin mengakuin betapa sembrautnya lalu lintas di kota tercintaqu ini. Kalau pendatang dari kota lain pasti kaget2 gitu liadz lalu lintas di Medan *zamin* :D

Sekarang mall jadi semakin ramai aja didirikan, qu kurang suka ke mall jadi heran napa yang banyak didirikan itu mall mulu? pa untuk menuju kota yang katenye metroooopolitanz itu harus banyak mall nya *hueran deh* mbok yang diperbanyak itu tempat hiburan,taman hiburan,taw apa kek yang sejenisnya, biar anak2 sekolah yang pada liburan gak binun mau kemana! dan gak perlu jauh2 ntuk mendapatkan fasilitas liburan yang menarik.

Namun qu senang banget bisa tinggal di Medan ini, ada satu kebanggaan dimana ngeliat betapa beranekaragamnya suku bangsa yang menetap dikota tercintaqu ini, melayu, batak, jawa, dll semuanya ada di sini yang alhamdulillah pada rukun dan menggunakan 1 bahasa (baca: indonesia). Itu bedanya ma daerah2 lain yang pernah qu kunjungin, kebanyakan menggunakan bahasa daerahnya masing2. Jadi di Medan bisa nemuin macem2 masakan yang mayoritas pedaz2 tapi uwenak2 :D *laper*

Medan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mudah2an semakin berjaya dan terus berubah jadi bih baik lagi. Met Ultah Medanqu Tercinta... ^_*

myspace code